• Dunia Baru
  • Psikologi
  • Kesehatan
  • Bisnis

Rabu, 12 Desember 2012

Membuat Atap Benar-benar Hijau





Jangan terkesima dengan atap hijau yang ada di gedung-gedung pencakar langit. Jangan juga hanya terpukau dengan rumah-rumah beratap hijau di negara-negara maju. Sudah saatnya rumah-rumah di Indonesia memakai atap semacam ini.

Membuat atap hijau bisa mudah dilakukan dengan memanfaatkan material yang lebih mudah didapatkan di Indonesia. Tentunya, keuntungan menggunakan atap ramah lingkungan dapat langsung terasa.

"Di hari yang terik bersuhu 80 derajat Farenheit (sekitar 26,6 derajat Celcius), atap dengan cat hitam akan mencapai 180 derajat F (82,2 derajat C), atap dengan cat putih akan mencapai 120 derajat F (48,8 derajat C), dan atap yang ditutupi tumbuhan mencapai 85 derajat F (29,4 derajat C)," sebut sebuah artikel di Scientific American.

Hal positif

Selain menyerap panas lebih sedikit, atap hijau juga memiliki beberapa keuntungan lainnya. Keuntungan pertama adalah keindahan. Tanaman dan bunga-bunga yang ditanam di atap akan "menarik" hewan-hewan cantik seperti kupu-kupu.

Keuntungan kedua adalah daya serapnya terhadap air hujan dan polutan. Dalam jumlah besar, atap hijau akan mampu mengurangi banjir.

Selain mengurangi air hujan yang masuk ke saluran air dan mengurangi polutan, atap jenis ini juga mengurangi pengeluaran biaya listrik Anda. Dengan menurunkan suhu rumah, Anda tidak perlu memasang pendingin udara dengan kekuatan penuh. Anda juga dapat menanam tanaman-tanaman di atap rumah Anda ini sebagai bumbu atau obat.

Membangun atap hijau

Membangun atap hijau tak berarti hanya menaruh tanah dan menyebarkan bibit di atap rumah. Atap hijau membutuhkan lapisan-lapisan khusus untuk memastikan tanaman tumbuh dengan baik dan dapat menyerap air dalam jumlah yang tepat.

Secara umum, ada lima komponen dasar membangun atap semacam ini. Lapisan pertama adalah membran waterproof, lapisan proteksi akar, lapisan drainase, medium penumbuh, dan tanaman.

Saat ini, beberapa praktisi di dalam negeri sudah membuat "versi Indonesia" dari sistem atap semacam ini. Mereka menyarankan Anda memakai dak beton berlapis waterproof, lapisan bata dan kerikil, lapisan pastir, dan lapisan tanah sebagai medium tanaman.

Namun demikian, Scientific American menyebutkan, bahwa tanah jarang sekali digunakan sebagai media tanam karena berat dan dapat menjadi padat setelah terpapar hujan. Kepadatan ini akan mengurangi kemampuan mereka menyimpan air dan penganginan akar. Mereka justru menggunakan butiran tanah liat atau shale yang dipanaskan sampai membentuk kantung udara, lalu didinginkan. Mereka juga menggunakan kompos organik dan pupuk sebagai nutrisi bagi tanaman.

Jenis tanaman

Masih dalam jurnal itu, disebutkan bahwa tanaman dengan genus Sedum cocok ditanam di atap hijau. Tanaman ini rendah, menyimpan banyak air di daunnya, dan mampu menahan suhu dan kelembaban ekstrem.

Memang, walaupun turut mengurangi efek pemanasan global dan tidak memperparahnya, atap jenis ini masih memiliki kekurangan, terutama soal biaya. Pemasangan atap hijau cenderung mahal, terutama untuk digunakan sebagai atap rumah pribadi.
sumber:kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar